Minggu, 26 Mei 2013

Pintu

Pintu..
jika pintunya tidak dibuka, maka kau tidak tahu apa yang terjadi diluar.
jika pintunya terus tertutup, mungkin malah akan lebih aman.

Pintu..
pilihannya ada ditangan masing-masing si pemilik pintu.
jangan salahkan apa yang terlewat ketika pintu tertutup,
atau apa yang ternyata palsu ketika dipersilakan masuk.


akan tiba masa dimana kita sadar,
bahwa benar, sesuatu yang terjadi itu selalu punya makna.

selalu..

tidak pernah ada yang kosong tak berarti..

seperti saat ini, saya mulai menyadari,
saya gak bisa menyalahkan orang yang membuat luka di hati ini,
toh, pada kenyataannya, saya yang membuka pintu untuk orang itu.
saya yang mempersilakan masuk, resikonya ya harus saya tanggung.

beberapa hari yang lalu,
saya tiba-tiba rindu dengan seseorang. mantan saya waktu kuliah
tapi, setiap saya rindu, seketika saya benci.

dia orang yang bisa membuat saya cinta.. (hihihih) anak kuliahan sok tau tentang cinta.
tapi beneran, dia paling bisa bikin hati saya pontang-panting -saat itu-

emang norak sih.. namanya juga anak kuliah..
sampai akhirnya, jiwa labil saya yang minta putus dari dia, untuk suatu alasan

dan jiwa labil saya juga yang minta dia kembali, tapi saat itu, dia ternyata sudah ada yang punya.

waktu itu sih saya sedih, ditambah lagi stress bikin skripsi (kasian, skripsi selalu jadi kambing hitam)

hingga akhirnya beberapa tahun berlalu dan kami kembali dekat (setidaknya saya yang merasa sih, saya emang sering Ge-er anaknya.. hehehe).
dan suatu saat, saya mengalami kecelakaan beruntun di jalan tol cilandak (masuk TMC Polda metro jaya lho).

mobil ringsek, ada beberapa memar di perut, kaki dan tangan. soalnya posisi mobil saya di urutan ke-3 (atau 4, lupa) dari 8 mobil yang tabrakan.

teman-teman, sahabat, saudara bbm, sms, mention di twitter, menanyakan kabar.
kecuali dia..

siang di pos polisi, sore di kantor asuransi, malam dirumah, besok hari, besoknya lagi, minggu depan, minggu depannya lagi, tetap gak ada sms, bbm, telp dari dia (asli, sekarang ini saya ngetik masih gemeteran kalo inget perasaan saya waktu itu).

sedihnya itu saat menyadari bahwa, orang yang saya harapkan, ternyata orang yang paling bisa membuat saya merasa 'sendiri'.

tapi yaa saya gak marah, kan kalo dipikir lagi, emang saya yang mengharapkan.
dia nya, mungkin memang gak tau, mungkin memang gak mau tau.

beberapa lama setelah itu, memang sih kita ketemu, ngobrol, dan hampir benar-benar hampir membuat saya mempercayakan perasaaan saya lagi sama dia.

tapi, untung saya gak lupaan orangnya,
inget kembali kejadian waktu saya kecelakaan itu, trus akhirnya saya memutuskan untuk menutup pintu untuk dia.

mungkin selamanya,
tergantung Tuhan juga sih sebenernya. tapi kalo boleh berdoa untuk meminta,
saya meminta agar lupa saja.

setelah menutup pintu untuknya, saya membuka pintu untuk beberapa laki-laki lainnya.
tapi ternyata cuma tamu, bahkan ada yang salah alamat, harusnya ke sahabat saya,

eh butuh nyasar dulu biar mereka saling tau,
tapi sekarang sih semoga mereka gak saling nyasar lagi ya (hihihihih...)

kalo saya bilang saya gak sedih, namanya saya munafik..
saya sedih, tapi rasa bahagia dan lega-nya lebih besar lagi..

saya gak mau marah, gak mau nge-judge seseorang jahat, tega atau apapun namanya,
saya mau berbahagia, dan kunci bahagia itu, salah satunya adalah menerima apa yang sudah menjadi jalannya..
yang penting, sebelumnya saya sudah berusaha dan mencoba.

siang ini juga, sebelum saya kembali bekerja,
dan rencananya ada meeting dengan transporter,

saya merasa (tumben ini si hati lho yang bilang, bukan si otak),
untuk saat ini, saya tutup pintu hati saya dulu saja.

biar dia puas sendiri dulu, biar dia bisa mencintai dirinya dulu, baru bisa berbagi dengan orang lain.

Medan, 27 Mei 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar